[OPINI] Jadi Generasi Sandwich, Bukan Berarti Tidak Beruntung

 

Generasi Sandwich sering dikaitkan dengan seseorang yang berpenghasilan, namun harus membiayai hidup keluarganya dan juga dirinya sendiri atau anak yang menjadi tulung punggung keluarga. Generasi ini bisa terlahir karena kurangnya pemahaman terkait literasi keuangan dari generasi sebelumnya, yang menyebabkan generasi selanjutnya harus menanggung kegagalan finansial keluarga yang kurang terencana. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki masyarakat dengan fenomena Generasi Sandwich dengan persentase yang cukup tinggi. Lalu gimana sih sebenernya perencanaan keuangan yang baik itu, karena ternyata penting loh buat kita belajar masalah literasi keuangan.

Persiapan ini menyangkut dengan seberapa kita bisa memperhitungkan finansial mulai dari kebutuhan pokok, perlunya menabung maupun berinvestasi. Tapi melihat kebutuhan saat ini, rasanya kebutuhan pokok menjadi bertambah yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kuota internet contohnya maupun menyisihkan uang untuk sekedar berlibur atau rekreasi. Realitas yang terjadi belakangan ini juga kita bisa melihat kisaran gaji yang diterima oleh Generasi Sandwich dalam kisaran UMR (Upah Minimum Region/Provinsi). Generasi Sandwich dengan penghasilan UMR memang tidak mudah, karena harus mengatur keuangan dengan jumlah yang seharusnya untuk kalkulasi 1 orang, jika ingin hidup yang cukup layak. Tapi realitas yang terjadi banyak Generasi Sandwich harus membagi gaji UMR nya untuk kehidupan dirinya serta keluarganya, ditambah kalau dia anak rantau harus memenuhi kebutuhan biaya untuk kost setiap bulannya.

Jangankan untuk menabung, memikirkan keuangan untuk dana darurat, dana pensiun, dana pendidikan anak kelak pasti berpikir berkali – kali, salah satu solusi yang ditawarkan memang harus memiliki side hustle jika ingin bisa lebih survive. Kebutuhan untuk memiliki rumah juga tambah susah sekarang, cicil KPR bisa 15 – 20 tahun, cukup sulit memang jika memiliki uang yang terbatas dengan kondisi kebutuhan yang semakin meningkat deras. Investasi dari kepala ke atas bisa menjadi penawar solusi bagi peningkatan skill, yang bisa berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan seiring berjalannya waktu. Tentunya tidak mudah, karena terkadang kita sudah terkuras lebih dulu di pekerjaan utama, sehingga tantangannya adalah bisa mengatur energi yang kita miliki dengan sebaik mungkin, supaya bisa digunakan untuk hal produktif dan lebih terukur. Peningkatan skill artinya kita harus siap menginvestasikan waktu kita untuk belajar setelah bekerja seharian. Mudah? Tentu tidak, tapi disitulah letak dimana kita bisa lebih menghargai waktu dan penting akan disiplin diri.

Kalau merasa dunia sedang tidak adil karena kita merasa bahwa kenapa kita harus lebih bekerja keras dibanding yang lain? mungkin kita bisa menganggap bahwa ini semua adalah privillage buat kamu orang terpilih yang gak semua orang bisa bertahan dan seberjuang kalian para generasi sandwich. Dunia ini bukan berisi tentang seberapa hal yang bisa kita kalkulasi karena banyak pengeluaran untuk membantu keluarga misalnya, dunia ini bisa berisi hal yang gak pernah kita duga, mungkin keuanganmu sekarang lebih banyak dihabiskan untuk membantu keluarga, tapi terkadang dunia ini bekerja secara adil tanpa kita sadari, urusanmu yang lebih dipermudah, kesempatan berbakti kepada orang tua dibuka lebar hingga dirimu yang lebih dikuatkan dengan segala kondisi. Sekali lagi, dunia ini bukan bekerja sesuai logisnya kalkulasi kita, namun terkadang ada perhitungan yang kita sendiri tidak bisa menggapai kelogisan itu, aku lebih suka menyebutkan apa yang kita tuai itulah yang kita tanam, akan selalu ada balasan dari setiap usaha dan perjuangan. Jadi Generasi Sandwich itu bukan berarti tidak beruntung, mereka sangat beruntung.

Waktu yang sibuk [Kolom Cerita]




Waktu itu seperti pedang, ini bukan sebuah ungkapan biasa, namun ada dalam ilmu teolog. Lalu bagaimana memaknai waktu yang cepat berlalu itu? banyak melakukan hal yang sia-sia memang membuat waktu terasa lebih singkat, berbeda halnya dengan waktu yang dipergunakan dengan sebaik mungkin.

Lantas kita harus bagaimana? Apalagi kalau bukan menyibukkan dengan waktu yang dianggap perlu. Akhir-akhir ini ngerasa gak sih kalo kita terlalu sibuk, sibuk yang gak beroutput. Bingung dikit bawannya pengen cari hiburan lewat gadget, satu jam dua jam gak terasa dan akhirnya waktu kita tersita gitu aja.

Ini bukan mempermasalahkan hiburan yang didapat melalui gadget, sama sekali engga, bagus kalau punya kontrol terhadap diri untuk seberapa lama kita menggunakan gadget. Akan jadi bahaya kalau kita gak punya kendali akan itu dan akan bahaya juga kalau terlalu sering mengkonsumsi hiburan atau konten dengan durasi sangat pendek.

Konten dengan durasi pendek ini gak bisa disepelekan, bisa ganggu fokus kita salah satunya, kemampuan fokus yang lama jadi menurun dan kemampuan berpikir secara deep atau kebutuhan berpikir untuk konsentrasi yang tinggi juga menurun. 

Mau ngapain lagi soalnya kalau gak main gadget, dari pada bingung ya kan?? Sering kali pertanyaan kaya gini muncul dipikiranku atau mungkin dibenak kalian juga. Kita itu harus mewajarkan diri kita yang bingung mau ngapain, kenapa gitu? Karena sifat bingung dan bosan adalah sifat alamiah yang gak bisa kita lawan, jadi sesekali membiarkan diri kita bingung itu gapapa, itu kaya jadi detox juga buat diri kita sendri.

Membiarkan diri bingung adalah cara untuk melepaskan diri kita dari sibuknya informasi yang bisa kita dapatkan lewat satu benda yaitu gadget.