Perjalanan yang panjang pun pasti akan menemui titik akhirnya. Kata pulang selalu menjadi kalimat penantian setelah terlalu lama dan amat panjang menempuh sebuah perjalanan. Ya Allah, Aku Pulang sebagai representasi dari seorang hamba yang tau kemana ia akan berlabuh dan kemana ia harus pulang. Selamat berlabuh dalam review perjalanan panjang yang sama kita tempuh.
Blurb
Pada saatnya nanti, kita akan sampai di titik-titik kejenuhan, merasa lelah akan segalanya, merasa kecewa atas perlakuan buruk manusia, bersedih atas ketidakmampuan diri.
Hidup yang seperti tak ada lagi. Kita ingin pulang, tapi tak tahu hendak ke mana. Benar-benar merindukan rumah yang bersedia menerima diri kita apa adanya, rumah yang menyajikan kenangan sebenarnya, rumah yang tanpa penghakiman di dalamnya.
"Ya Allah, Aku Pulang" akan membawamu menuju penuntasan rindu, menghilangkan kepenatan, mengakhiri kepayahan.
Untukmu jiwa-jiwa kecil yang sedang mencari jalan pulang, kepulangan yang sebenarnya.
Review
"Perjalanan paling indah adalah perjalanan menuju Allah. Ya Allah, aku pulang..." (hlm viii)
Buku ini memiliki 3 ruang lingkup yaitu riuh, redam dan pulang. Masing-masing lingkup terdiri dari berbagai macam topik dan judul yang relevan dengan ruang lingkup yang ada. Dimulai dengan "riuh", seakan kita memang selalu punya topik yang dibuat riuh oleh isi kepala sendiri, mulai dari memikirkan kebahagiaan sendiri, ketenangan, prestasi, overthinking, mimpi yang belum terwujud, masalah keluarga, ibadah yang terasa hambar sampai lelah dan cahaya iman yang meredup. Riuh dalam isi kepala ini memang dibuat seakan segala aspek kehidupan itu banyak dan memang benar adanya. Bagian dari aspek kehidupan tadi adalah sebuah perjalanan, mau berjalan lambat atau cepat, muaranya itu sama, berpulang kepada Allah. Ada satu kalimat dan ini menurutku bisa menjadi pengingat dan cukup menangkan.
"Jangan pernah meletakkan sesuatu yang sifatnya memang tidak abadi di dalam rongga hati, agar hilangnya tak membuat kita terluka dan hadirnya tak membuat kita kehilangan kendali atas diri kita sendiri. Hidup dalam kesabaran dan kesyukuran."(hlm 6)
Benar adanya, karena dalam perjalanan panjang ini, kita kerap kali menemukan kebahagiaan, kesedihan, kemudahan, kesusahan, kekecewaan dan segala hal lain yang tak bisa disebutkan satu per satu. Maka sudah betul adanya kehidupan ini memang akan sirna dan tidak bertahan selamanya, berbagai macam perasaan yang silih berganti serta hadirnya masalah yang kadang terprediksi dan kadang mendadak, jadi jangan sampai membuat diri kita kehilangan kendali oleh sesuatu yang tidak abadi, semua ada masanya.
Selanjutnya bagian "redam" yang masih memiliki keterkaitan dengan riuh, makna yang bisa diambil kira-kira adalah riuh yang selama ini bersemayam didalam pikiran perlu untuk diredam sebagai bentuk dari pengendalian diri itu sendiri. Merasa ingin menyerah, selesai dan berhenti, namun kita masih diberikan pilihan untuk tenang sejenak dan tidak berputus asa dari rahmat Allah, walau sakit dan kecewa berkali-kali. Kira-kira kalimatnya seperti ini
"Kita boleh saja berulang kali merasa payah, khawatir dan ingin menyerah. Namun, tetap saja, menyerah bukanlah bagian dari penyelesaian masalah. Tidak layak orang-orang yang masih mempercayai keberadaan Tuhan, berputus asa atas kehidupannya." (hlm 82)
Saat sudah merasa tak ada pilihan dan berat dalam kekecewaan, mungkin Allah menyuruh kita untuk kembali kepadanya, segala pemilik kemudahan, kita hanya perlu meredam sebentar, Allah hanya ingin kita menjadi manusia yang lebih tangguh. Jadi, jangan pernah berputus asa dengan rahmat-Nya ya
Dibagian terakhir yaitu "pulang", mengajak kita kembali dan menambal sekaligus menyulam ketaatan, keimanan yang hilang dan luntur ditelan banyaknya kepayahan. Kata pulang bisa bermakna menjadi kata yang paling dinantikan, kata yang membuat diri kita merasakan kenyamanan tanpa adanya hardikan seperti kehidupan keras diluaran. Disaat sudah terlalu jauh, kata pulang juga selalu menjadi kata yang dinantikan, sedikit bertahan sambil menimba kebahagiaan.
Buku Ya Allah, Aku Pulang memiliki makna yang begitu dalam, penulis mencoba untuk merangkul diri kita erat-erat untuk senantiasa tidak berputus asa serta memberikan gambaran bahwa inilah kehidupan dan kita hanya perlu pulang ketika riuh dan redam sudah menjadi pilihan. Saat pertama kali melihat buku ini, mungkin kita punya pikiran yang sama yaitu kembali kepada Allah, karena kita disajikan dengan ilustrasi kapal yang sedang berlayar dilautan yang begitu luas, merepresentasikan bahwa kira-kira itu seperti gambaran perjalanan manusia. Namun, semakin dalam menyelami buku ini bukan hanya persiapan kepulangan yang dibahas tapi perasaan-perasaan dan makna kehidupan ikut andil mewarnai buku ini, setiap sub judulnya memang tidak saling berkesinambungan, dependen lebih tepatnya. Buku ini juga bisa dibaca dari sub judul manapun menurutku.
Berkali-kali buku ini banyak memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku dan dalam buku ini juga kalimat yang dibawakan sungguh sangat merecharge kita kembali untuk senantiasa bangkit dan tidak berlarut dengan keterpurukan. Semoga kalian punya kesempatan yang sama untuk membacanya ya. Terimakasih sudah membaca sampai diakhir, sampai ketemu di review-review selanjutnya.