Kolom Cerita : Masa yang tidak lagi berpihak pada yang kecil
Akhir - akhir ini mengalami beberapa keresahan yang sudah mulai jelas terlihat didepan mata, zaman yang sudah mulai berubah, kita pun dituntut untuk bisa menggapai perubahan itu, akhirnya sekarang sadar, ada banyak manusia - manusia hebat diluar sana yang mampu untuk menciptakan perubahan ataupun menggapai perubahan itu, tapi tidak banyak manusia - manusia hebat yang menggapainya dengan cara memanusiakan manusia.
seakan semua perubahan itu tepat, itu benar, lebih efisien, lebih cepat, tapi sudahkan melihat nasib kami, manusia kecil yang bergantung pada 1 keadaan, tidak mengharap lebih, hanya berupaya untuk bertahan.
tapi ternyata dunia ini sudah berubah, sekali tergeser tetap harus tersingkir, seolah masa sudah tidak bisa lagi berpihak pada yang lemah, pada yang kecil.
adanya banyak kemudahan yang diciptakan, ada banyak kemudahan yang bisa didapat dan ada banyak pula manusia - manusia yang harus tersingkir oleh keadaan, apa sebetulnya yang mampu kami lakukan? bekerja keras sudah, mengerahkan tenaga sudah, mengerahkan pikiran dan waktu pun sudah, tapi ternyata itu semua tidak cukup, dan sepertinya tidak pernah cukup.
Ketika pintu - pintu mulai tertutup, saat itulah sangat amat disadari, kami hanya lah pemeran yang diperbantukan, kami bukan satu - satunya yang menjadi bahan pertimbangan lagi.
ketika sebuah kesempatan datang pun, sangat amat disyukuri, tapi bagaimana dengan yang lain, dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama, hanya seperti menunggu kawanan waktu yang siap tidak siap harus keluar juga.
ingin didengar, tapi malah berbalik, malah menyalahkan keadaan kami
mungkinkah harus berada dalam posisi kami lebih dulu, baru kamu mengerti, haruskah merasakan pedihnya hidup dulu, baru kamu mengerti.
tidak semua bagian dari kami terlahir dengan kemudahan, tidak semua dari kami terlahir dengan keadaan yang baik, kami tidak minta apapun, hanya perlu didengar, dimengerti, sudah , itu sudah sangat cukup.
akhir dari kalimat akhirnya yang terdengar adalah "mau siapa lagi yang diandalkan, kalo bukan diri sendiri." seolah sebagian dari kami sangat begitu kuat menghadapi ini, kami juga manusia, kami juga ingin berkeluh kesah, kami juga ingin meluapkan kesedihan, ternyata bersandar yang paling menyakitkan adalah bersandar dengan diri sendiri.