Kolom Cerita : Apa itu Dewasa?



Dari sekian banyak judul dan cerita entah kenapa lebih tertarik membahas masalah kedewasaan diri, katanya jadi dewasa itu gak enak, katanya menjadi dewasa itu harus terlihat baik - baik aja padahal sebenernya engga, katanya menjadi dewasa itu takut.

setelah dijalani ada beberapa hal yang memang betul, ada juga beberapa hal yang kayaknya gak gitu deh..
kalo bicara masalah dewasa biasanya berhubungan banget dengan umur, tapi sebetulnya umur bukan penentu seberapa dewasanya sifat kalian ternyata, setelah dilihat ternyata sifat kedewasaan seseorang itu bisa muncul karena seseorang yang punya kehidupan yang gak baik - baik aja dari awal, bukan hidup yang apa - apa santuy, apa - apa serba ada dan serba terfasilitasi.

ternyata yang gua lihat selama ini adalah ketika lu punya kehidupan yang susah sejak awal, secara gak langsung itu akan ngebentuk pribadi lu menjadi pribadi yang apa - apa harus usaha sendiri, apa - apa coba pikirin sendiri gimana solusinya, dari situ mental lu terbentuk, cara berpikir lu terbentuk dan lu bakal ada dititik dimana, kalo lu berbuat aneh - aneh bukan cuman lu doang yang bakal repot tapi orang tua lu juga.

pada akhirnya kita akan berupaya untuk maksimalin diri kita dengan kemampuan yang kita bisa.

menjadi dewasa juga bakal memperkenalkan ke diri kita bahwa ini loh yang namanya hidup, ini loh yang namanya masalah, ini loh yang namanya beban. hari demi hari punggung semakin berat, tuntutan juga semakin banyak, dan kalo dipikir lebih mendalam lagi, lu ga bisa ngelakuin itu semua sendiri, lu pasti butuh yang namanya bantuan orang lain. entah dari segi materi maupun non materi.

materi yang dimaksud adalah action yang dilakukan untuk membantu lu sedangkan non materi yang dimaksud adalah cerita yang lu bisa salurin ke orang lain buat sharing dan berbagi keluh kesah lu, biasanya disebut deeptalk kalo sekarang.

penting banget seseorang yang punya beban dan tantangan didalam hidupnya buat ngeluarin keluh kesahnya buat ditumpahin ke orang lain, karena secara gak langsung itu bakal ngebuat lu jauh lebih lega dan lu bakal ngerasa ternyata lu menghadapi ini gak sendirian, tapi ada orang - orang yang bisa dukung dan support lu. ini bener - bener ada kaitannya sama circle pertemanan lu itu sendiri, gak tau setiap orang punya kenyamanan dari diri masing - masing untuk memilih mau berteman yang seperti apa dan dengan siapa, tapi yang perlu diingat adalah ketika lu berteman, teman adalah orang yang sangat berpengaruh di kehidupan kita nantinya, ibarat yang sering banget orang bilang adalah ketika lu berteman sama tukang parfum ya lu bakal ikut kecipratan wangi, tapi kalo lu berteman sama tukang pengrajin besi, sewaktu - waktu lu bakal kecipratan panas si besinya, sekarang yang bisa ditentuin adalah terserah kalian mau pilih yang mana, karena seharusnya teman yang baik bukan lah teman yang menjurumuskan temannya ke hal yang gak baik.

Kolom Cerita : Masa yang tidak lagi berpihak pada yang kecil

 Akhir - akhir ini mengalami beberapa keresahan yang sudah mulai jelas terlihat didepan mata, zaman yang sudah mulai berubah, kita pun dituntut untuk bisa menggapai perubahan itu, akhirnya sekarang sadar, ada banyak manusia - manusia hebat diluar sana yang mampu untuk menciptakan perubahan ataupun menggapai perubahan itu, tapi tidak banyak manusia - manusia hebat yang menggapainya dengan cara memanusiakan manusia.


seakan semua perubahan itu tepat, itu benar, lebih efisien, lebih cepat, tapi sudahkan melihat nasib kami, manusia kecil yang bergantung pada 1 keadaan, tidak mengharap lebih, hanya berupaya untuk bertahan. 


tapi ternyata dunia ini sudah berubah, sekali tergeser tetap harus tersingkir, seolah masa sudah tidak bisa lagi berpihak pada yang lemah, pada yang kecil.


adanya banyak kemudahan yang diciptakan, ada banyak kemudahan yang bisa didapat dan ada banyak pula manusia - manusia yang harus tersingkir oleh keadaan, apa sebetulnya yang mampu kami lakukan? bekerja keras sudah, mengerahkan tenaga sudah, mengerahkan pikiran dan waktu pun sudah, tapi ternyata itu semua tidak cukup, dan sepertinya tidak pernah cukup.


Ketika pintu - pintu mulai tertutup, saat itulah sangat amat disadari, kami hanya lah pemeran yang diperbantukan, kami bukan satu - satunya yang menjadi bahan pertimbangan lagi.


ketika sebuah kesempatan datang pun, sangat amat disyukuri, tapi bagaimana dengan yang lain, dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama, hanya seperti menunggu kawanan waktu yang siap tidak siap harus keluar juga.


ingin didengar, tapi malah berbalik, malah menyalahkan keadaan kami


mungkinkah harus berada dalam posisi kami lebih dulu, baru kamu mengerti, haruskah merasakan pedihnya hidup dulu, baru kamu mengerti.


tidak semua bagian dari kami terlahir dengan kemudahan, tidak semua dari kami terlahir dengan keadaan yang baik, kami tidak minta apapun, hanya perlu didengar, dimengerti, sudah , itu sudah sangat cukup.


akhir dari kalimat akhirnya yang terdengar adalah "mau siapa lagi yang diandalkan, kalo bukan diri sendiri." seolah sebagian dari kami sangat begitu kuat menghadapi ini, kami juga manusia, kami juga ingin berkeluh kesah, kami juga ingin meluapkan kesedihan, ternyata bersandar yang paling menyakitkan adalah bersandar dengan diri sendiri.