Muslim Produktif Review - Mohammed Faris

Assalamualaikum wr wb

Pada kesempatan kali ini author mau mengajak kalian untuk lebih mengevaluasi waktu yang sudah dipergunakan selama setahun belakangan ini, tahun baru pastinya dengan resolusi dan harapan yang baru, namanya juga harapan bisa jadi terwujud bisa juga engga, dari sisi faktornya bisa dari hal mana aja, baik yang disengaja karena kita gak berusaha untuk mewujudkan solusinya ataupun kita yang sudah berani berusaha tapi tidak berjalan sesuai rencana, untuk itu buku “Muslim Produktif” ini bisa menjadi salah satu cara kita untuk berpedoman terhadap perencanaan yang kita punya disertai dengan pemanfaatan waktu yang lebih terencana, eitss tapi ini gak berlaku untuk perencanaan ditahun baru aja ya, intinya konteks dari buku ini tetap di kupas secara universal, okeh langsung aja kalo gitu..


Judul Buku Muslim Produktif
Penulis Mohammed Faris
Editor Marlina Ali
Penerbit PT Elex Media Komputindo
ISBN : 978-602-02-9918-1
Cetakan Kelima, Januari 2020

Blurb

Pernahkan terpikir dalam benak anda, apakah ada cara praktis untuk menjalani gaya hidup produktif yang mengombinasikan tradisi islami dengan psikologi dan sains modern?

Dalam buku Muslim Produktif ini Mohammed Faris, pendiri ProductiveMuslim.com memberikan kerangka praktis yang membantu mulim urban untuk menjalani gaya hidup produktif – baik secara spiritual, fisik maupun sosial.

Dengan mengombinasikan kecintaannya akan islam dan teknik – teknik produktivitas modern, dalam buku ini, Mohammed akan mengajari anda :

1.       1. Bagaimana spiritualitas dapat meningaktkan produktivitas anda

2.       2. Bagaimana cara mengelola tidur, gizi dan kebugaran anda

3.       3. Bagaimana anda bisa menjadi produktif secara sosial di luar rumah dan komunitas anda

4.      4.  Bagaimana cara mengatur fokus anda di zaman yang penuh dengan gangguan sekarang ini

5.       5. Cara mengatur waktu dan berinvestasi untuk kehidupan akhirat anda

6.      6.  Bagaimana anda menjadi produktif selama bulan Ramadhan

Review

Muslim Produktif – Ketika keimanan menyatu dengan produktivitas


Sebuah buku yang bertemakan regionalitas dan spiritualitas, dibangun berdasarkan fakta, penelitian dan anggapan yang saling menyatu dan berkaitan satu sama lain. Buku ini terdiri dari 8 bab, 2 diantaranya membahas abstraksi dari pada produktivitas itu sendiri, lalu mengaitkannya dengan nilai – nilai islam.


Produktivitas yang dibangun juga memiliki beberapa bagian mulai dari segi spiritualitasnya, fisiknya maupun sosial, yang mana dalam konteks tersebut nantinya akan bisa terhubung dengan visi maupun tujuan hidup kita maupun membangun dari pada kebiasaan produktif itu sendiri.


Sebelum membahas lebih lanjut mengenai bagaimana produktifitas yang dibangun melalui beberapa segi, kita harus tahu terlebih dahulu faktor ataupun unsur yang mendasari dari pada produktifitas itu sendiri. Produktifitas merupakan suatu hal yang dibangun oleh unsur Energi x Fokus x Waktu, mengapa demikian? Jika kita telaah dan runut satu persatu bahwa secara umum produktifitas yang ingin kita bangun tentunya kita harus memiliki energi yang cukup, fokus akan hal dituju dan tentunya memiliki waktu yang tersedia, jika semua unsur sudah terpenuhi maka kita siap untuk lebih menjelajahi produktifitas yang ingin di capai.


Lalu bagaimana produktifitas yang disangkut pautkan dengan nilai – nilai islam? Sangat berkaitan tentunya, karena nilai islam yang ada selama ini adalah mengajarkan kita untuk tidak pernah bermalas – malasan dan juga melalaikan waktu, konsepsi ini tentunya menjadi titik temu antara produktifitas dengan nilai – nilai islam yang ada yang akhirnya menjadi peleburan diantara kedua nilai yang ada.


Untuk lebih spesifiknya, Produktifitas yang dikaitkan pertama kali adalah mengenai Produktifitas Spiritual, yang mana akan lebih dijelaskan kepada kita bagaimana konsepsi spiritual yang dibangun melalui nilai islam yang dimanifestasikan terhadap ritual maupun praktik dari pada peribadatan yang dilakukan, yang mana disetiap aktivitas yang ada dibangun melalui Energi Spiritual x Fokus Spiritual x Waktu Spiritual.


“aktivitas fisik sederhana yang bersifat ritual dan rutin berfungsi sebagai pengikat kepastian. Pengikat kepastian adalah kebiasaan atau proses yang menjadikan sesuatu dapat dikenali dan diandalkan dalam hidup anda.” (hlm 56)


Selanjutnya adalah mengenai Produktifitas Fisik, berkenaan dengan bagaimana dalam diri ini bisa memiliki manajemen tidur, gizi dan kebugaran secara seimbang yang pada akhirnya energi fisik yang dibangun ini menjadi dasar dalam mewujudkan produktifitas itu sendiri. Dalam pembahasan Produktifitas Fisik ini mengarah kepada manajemen diri bagaimana bisa mengatur fokus yang ada dipikiran kita dan mulai untuk bisa lebih menyederhanakan hidup, selain itu mengatur dan membahas bagaimana memaksimalkan penggunaan tubuh agar tetap produktif dan terakhir adalah mengatur waktu sedemikan rupa dengan mengukur tingkat energi yang kita miliki. Bahkan secara spesifiknya pernah dibahas mengenai bagaimana bisa seseorang memiliki gangguan tidur ternyata itu dibahas dan dalam hal ini berkenaan dengan emosi – emosi negatif yang timbul dalam diri seseorang, maka sangat penting untuk kita setiap malam sebelum tidur memaafkan siapa saja yang berbuat salah kepada kita.


“Setiap malam, sebelum tidur saya memaafkan siapa saja yang berbuat salah kepada saya. Saya hilangkan semua perasaan buruk terhadap siapa pun dalam hati saya.” (hlm 138)


Selain itu terdapat bagian yang dinamakan sebagai Produktifitas Sosial, ini berkaitan dengan peran kita dalam menjalani kehidupan secara rangkap yang dibebani dengan tanggung jawab, karena dalam islam merupakan suatu agama komunitas yang mendorong kita untuk menjadi produktif secara sosial, hal ini didasarkan akan banyak hal, sebagai contoh adalah saat seseorang pertama kali masuk islam dan harus membacakan 2 kalimat syahadat, dimana harus ada pembimbing maupun saksi untuk menuntun seseorang yang akan masuk islam untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, contoh lainnya dalam shalat fardhu dianjurkan bagi tiap – tiap insan untuk melakukannya secara berjamaah karena Allah menjanjikan pahala yang jauh lebih berlipat ganda, jadi dapat disimpulkan bahwa dalam keseharian kita menjalankan nilai – nilai islam saja sudah dituntun untuk mengarah kepada produktifitas sosial, namun bukan berarti disini kita mengabaikan peran kita sebagai orang yang memiliki tanggung jawab baik itu kepada keluarganya, pekerjaannya maupun kepada diri mereka sendiri, dalam buku ini mengajarkan kepada kita untuk lebih menyeimbangkan hidup untuk saling berbalas kebaikan baik kepada sesama maupun kepada diri sendiri.


“Orang sukses dalam islam adalah orang yang berusaha semaksimal mungkin untuk melebihi apa yang diharapkan dalam semua peran yang mereka pegang. Ini mengingatkan kita bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban untuk setiap peran yang kita pegang dan bahwa agama kita telah menetapkan standar minimal yang harus kita capai.” (hlm 235)


Dan masih banyak lagi pembahasan – pembahasan yang secara rinci tidak bisa dibahas sekaligus dalam review ini satu per satu, pada intinya selain cakupan produktifitas yang sudah diuraikan diatas, masih banyak produktifitas yang dikait – kaitkan baik itu dengan tujuan maupun visi kita, lalu cara pengembangan produktif agar menjadi suatu habit atau kebiasaan, selain itu memberikan penjelasan mengenai cara untuk lebih berproduktif ketika menjalani ibadah di bulan Ramadhan dan yang terakhir adalah berproduktif walaupun setelah ada di fase kematian, bagian terakhir ini yang paling masya allah banget sebenernya, bisa dibayangkan ya bagaimana seseorang yang sudah meninggal tapi dia masih berproduktif, keren pokoknya temen – temen wajib baca.


Sebetulnya buku ini terbentuk oleh seorang penulis yaitu Mohammed Faris yang merupakan pendiri sebuah komunitas yaitu productivemuslim.com , jadi buku ini disusun berdasarkan pengalaman maupun riset yang dilakukan oleh penulis sendiri dan isi bukunya ini bener - bener daging banget, setiap lembar halamannya memuat suatu isi yang akhirnya membuat kita jadi merasa lebih tau dan lebih paham, untuk bahasa yang digunakan juga cukup mudah dipahami ya, ga berat – berat banget, mungkin disini penulis ingin lebih menyampaikan tulisannya kepada pembaca supaya bisa jauh lebih mudah dalam memahami kata demi kata. Disetiap bab yang dijelaskan akan ditampilkan visualisasi summary atau rangkuman untuk lebih memudahkan kita dalam mendapatkan suatu kesimpulan dari setiap bab yang kita baca, pokoknya temen – temen gaakan nyesel ketika baca ini, insya allah bermanfaat banget. jadi author rekomendasiin buku ini buat temen - temen yang merasa hidupnya kurang produktif dan merasa hilang arah coba buat baca buku ini, insya allah membantu.


Okeh mungkin sekian ya review kali ini, semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan memotivasi temen – temen semua supaya bisa baca buku ini.


Terimakasih sampai jumpa di review selanjutnya. Please Comment For Review Request !


Deep Talks #2 Bukan hanya sebatas ketawa dan senang - senang


 

Menertawai hidup akhirnya membuat sebagian orang tersadar bahwa kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan dari pada takaran hidup adalah seberapa banyak hal yang sudah kita lakukan, lalu apa impactnya bagi diri kita maupun bagi diri orang lain.

Mengejar impian, jika memang betul tujuan hidup adalah meraih apa yang diimpikan dan fokus akan karier kedepan, yang membuat sebagian banyak orang akhirnya menghabiskan waktu yang cukup menguras pikiran dan tenaga yang pada esensinya adalah sama, berharap mendapat kedudukan yang lebih baik, berharap mendapat penghidupan yang lebih baik maupun berharap untuk tidak dipandang rendah oleh orang lain.

Hal itupun terjadi, mendengar cerita dari sebagian banyak orang yang hidup dengan memiliki batas kekurangan maupun sebagian orang yang hidup dengan keberuntungan atau bisa juga karena talenta yang dimiliki. Ingin membalik keadaan juga tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan, lalu bagaimana akhirnya??

Akhirnya adalah tidak pernah merasa puas akan dirinya dan tidak pernah habis untuk berputar terhadap roda yang sama.

Pernah melihat sebuah video cuplikan pendek, dalam deskripsi video itu bertuliskan "Toxic Productivity" dimana keadaan seseorang yang sangat terlihat sibuk dan produktif, namun itu bukanlah artian produktifitas yang sebetulnya, ketika bergelut seharian bekerja, lalu pulang, makan, tidur, lalu sudah kembali bekerja lagi, seolah batas dan tujuan hidup hanya bergelut akan hal itu - itu saja, tanpa mencari tahu makna kehidupan yang sesungguhnya tanpa tahu bahwa ini loh, hidup itu bukan hanya sebatas ketawa dan senang - senang aja.

Harus ada masa dimana, kita tidak hanya mengupayakan kehidupan kita untuk bisa lebih dari orang lain, tidak hanya mengupayakan kehidupan kita yang bisa lebih baik dari orang lain, namun harus ada masa dimana kita mampu untuk membangun generasi dan peradaban yang ada.

sudahkah kita melakukannya?

Deep Talks #1 Tahu betul apa yang diperlukan

 

Sadar betul kali ini, semua orang punya kapasitas dari diri mereka masing - masing, termasuk perjalanan hidup yang dipilih maupun yang diimpikan oleh masing - masing orang. Mungkin awalnya hanya sebatas mencari, sampai akhirnya ia menemukan kehidupan apa yang diinginkan dan termasuk lingkungan seperti apa yang diinginkan.


Setiap perjalanan dan setiap pertemuan ternyata punya alasan tersendiri, yang mana alasan - alasan itu gak bisa kita tahu sekarang secara langsung tapi suatu saat nanti, dimana kita akan terlampau sadar bahwa ternyata ini alasannya kenapa kita dipertemukan dengan seseorang, kita menginjakkan kaki disuatu tempat dan mungkin masih ada alasan lain kenapa kita masih dihidupkan sampai sekarang, sepertinya hal itu bukan tanpa sengaja, namun semua itu sudah terencana.

Setelah masa pencarian yang cukup lama, ternyata sadar bahwa kenapa perjalanannya harus seperti ini yaitu Allah tahu betul apa yang dibutuhkan oleh hambanya. Ia bukan hanya menyediakan dan menjamin rezeki bagi setiap makhluknya, namun ia juga menjamin perjalanan dan kehidupan seperti apa yang kita mau.

sebagai seorang muslim berpikir secara revolusioner ternyata perlu, mendayakan otaknya untuk memikirkan hal yang amat jauh selama itu tidak melampaui batas juga merupakan hal yang perlu, kenapa? ternyata Allah memberikan akal kepada kita supaya kita bisa jauh lebih merenungi akan kuasa - kuasanya yang selama ini gak pernah kita sadari.

Untuk lebih singkatnya adalah kadang kita sulit untuk memahami suatu maksud dari kejadian yang kita alami, coba direnungi dan dipikirkan lebih mendalam lagi ternyata semua yang kita jalani itu punya hikmah dari segi dan sudut pandang yang bisa kita lihat bukan hanya dari satu sisi namun dari segala sisi. 



Kolom Cerita : Apa itu Dewasa?



Dari sekian banyak judul dan cerita entah kenapa lebih tertarik membahas masalah kedewasaan diri, katanya jadi dewasa itu gak enak, katanya menjadi dewasa itu harus terlihat baik - baik aja padahal sebenernya engga, katanya menjadi dewasa itu takut.

setelah dijalani ada beberapa hal yang memang betul, ada juga beberapa hal yang kayaknya gak gitu deh..
kalo bicara masalah dewasa biasanya berhubungan banget dengan umur, tapi sebetulnya umur bukan penentu seberapa dewasanya sifat kalian ternyata, setelah dilihat ternyata sifat kedewasaan seseorang itu bisa muncul karena seseorang yang punya kehidupan yang gak baik - baik aja dari awal, bukan hidup yang apa - apa santuy, apa - apa serba ada dan serba terfasilitasi.

ternyata yang gua lihat selama ini adalah ketika lu punya kehidupan yang susah sejak awal, secara gak langsung itu akan ngebentuk pribadi lu menjadi pribadi yang apa - apa harus usaha sendiri, apa - apa coba pikirin sendiri gimana solusinya, dari situ mental lu terbentuk, cara berpikir lu terbentuk dan lu bakal ada dititik dimana, kalo lu berbuat aneh - aneh bukan cuman lu doang yang bakal repot tapi orang tua lu juga.

pada akhirnya kita akan berupaya untuk maksimalin diri kita dengan kemampuan yang kita bisa.

menjadi dewasa juga bakal memperkenalkan ke diri kita bahwa ini loh yang namanya hidup, ini loh yang namanya masalah, ini loh yang namanya beban. hari demi hari punggung semakin berat, tuntutan juga semakin banyak, dan kalo dipikir lebih mendalam lagi, lu ga bisa ngelakuin itu semua sendiri, lu pasti butuh yang namanya bantuan orang lain. entah dari segi materi maupun non materi.

materi yang dimaksud adalah action yang dilakukan untuk membantu lu sedangkan non materi yang dimaksud adalah cerita yang lu bisa salurin ke orang lain buat sharing dan berbagi keluh kesah lu, biasanya disebut deeptalk kalo sekarang.

penting banget seseorang yang punya beban dan tantangan didalam hidupnya buat ngeluarin keluh kesahnya buat ditumpahin ke orang lain, karena secara gak langsung itu bakal ngebuat lu jauh lebih lega dan lu bakal ngerasa ternyata lu menghadapi ini gak sendirian, tapi ada orang - orang yang bisa dukung dan support lu. ini bener - bener ada kaitannya sama circle pertemanan lu itu sendiri, gak tau setiap orang punya kenyamanan dari diri masing - masing untuk memilih mau berteman yang seperti apa dan dengan siapa, tapi yang perlu diingat adalah ketika lu berteman, teman adalah orang yang sangat berpengaruh di kehidupan kita nantinya, ibarat yang sering banget orang bilang adalah ketika lu berteman sama tukang parfum ya lu bakal ikut kecipratan wangi, tapi kalo lu berteman sama tukang pengrajin besi, sewaktu - waktu lu bakal kecipratan panas si besinya, sekarang yang bisa ditentuin adalah terserah kalian mau pilih yang mana, karena seharusnya teman yang baik bukan lah teman yang menjurumuskan temannya ke hal yang gak baik.

Kolom Cerita : Masa yang tidak lagi berpihak pada yang kecil

 Akhir - akhir ini mengalami beberapa keresahan yang sudah mulai jelas terlihat didepan mata, zaman yang sudah mulai berubah, kita pun dituntut untuk bisa menggapai perubahan itu, akhirnya sekarang sadar, ada banyak manusia - manusia hebat diluar sana yang mampu untuk menciptakan perubahan ataupun menggapai perubahan itu, tapi tidak banyak manusia - manusia hebat yang menggapainya dengan cara memanusiakan manusia.


seakan semua perubahan itu tepat, itu benar, lebih efisien, lebih cepat, tapi sudahkan melihat nasib kami, manusia kecil yang bergantung pada 1 keadaan, tidak mengharap lebih, hanya berupaya untuk bertahan. 


tapi ternyata dunia ini sudah berubah, sekali tergeser tetap harus tersingkir, seolah masa sudah tidak bisa lagi berpihak pada yang lemah, pada yang kecil.


adanya banyak kemudahan yang diciptakan, ada banyak kemudahan yang bisa didapat dan ada banyak pula manusia - manusia yang harus tersingkir oleh keadaan, apa sebetulnya yang mampu kami lakukan? bekerja keras sudah, mengerahkan tenaga sudah, mengerahkan pikiran dan waktu pun sudah, tapi ternyata itu semua tidak cukup, dan sepertinya tidak pernah cukup.


Ketika pintu - pintu mulai tertutup, saat itulah sangat amat disadari, kami hanya lah pemeran yang diperbantukan, kami bukan satu - satunya yang menjadi bahan pertimbangan lagi.


ketika sebuah kesempatan datang pun, sangat amat disyukuri, tapi bagaimana dengan yang lain, dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama, hanya seperti menunggu kawanan waktu yang siap tidak siap harus keluar juga.


ingin didengar, tapi malah berbalik, malah menyalahkan keadaan kami


mungkinkah harus berada dalam posisi kami lebih dulu, baru kamu mengerti, haruskah merasakan pedihnya hidup dulu, baru kamu mengerti.


tidak semua bagian dari kami terlahir dengan kemudahan, tidak semua dari kami terlahir dengan keadaan yang baik, kami tidak minta apapun, hanya perlu didengar, dimengerti, sudah , itu sudah sangat cukup.


akhir dari kalimat akhirnya yang terdengar adalah "mau siapa lagi yang diandalkan, kalo bukan diri sendiri." seolah sebagian dari kami sangat begitu kuat menghadapi ini, kami juga manusia, kami juga ingin berkeluh kesah, kami juga ingin meluapkan kesedihan, ternyata bersandar yang paling menyakitkan adalah bersandar dengan diri sendiri.