Review The Man Who Play Piano


LOHAAAA!! Rasanya sudah lama tak kembali, akhir-akhir ini author sibuk dan tidak mengusahakan untuk menulis.. berhubung buku yang author ingin review ini baru sampai di tangan author, jadi mohon maaf yaaa,, atas kesibukan-kesibukan yang akhirnya menelantarkan blog ini. Kali ini, author akan mereview sebuah buku bergenre cinta, namun ia tidak tahu wujud yang ia cintai seperti apa? Ia hanya cinta karena sebuah alunan suara yang indah yang menuntun perasaannya sedemikian rupa.. inilah..


THE MAN WHO PLAY PIANO
Penulis Rufin Dhi
Editor Prisca Primasari
Desainer Sampul Ade Ismiati Hakimah
Penerbit Roro Raya Sejahtera
Cetakan Pertama, Mei 2018
ISBN 978-602-51290-1-8
236 hlm, 14x20 cm

Blurb

Bagaimana menjelaskan perasaan yang tak ada logikanya ini? Jatuh cinta pada orang yang belum pernah ia temui.. Anka sembarangan menamainya Tuan Pianis, orang yang bertanggung jawab atas permainan piano yang indah yang mengalun dari gedung disebelah perpustakaan.
Laki-laki itu begitu misterius sekaligus memancing rasa penasaran. Pesan-pesan yang dia tinggalkan untuk Tuan Pianis dibalas dengan tak kalah antusiasnya.
Anka tak ingin laki-laki itu terus jadi anonim. Sudah saatnya berhenti menerka-nerka siapa jati diri Tuan Pianis yang sebenarnya.
Anka pun memberanikan diri untuk merisikokan hati demi memuaskan rasa penasarannya. Dia ingin lebih dekat pada orang yang bertanggung jawab atas binar-binar di mata dan debar-debar di dadanya ini.
Sayangnya, Anka tak tahu kalau setelah pertemuan penuh kesan itu, Tuan Pianis yang dia kagumi itu kelak akan membuatnya merasa terpuruk.
Risiko jatuh cinta, kalau kata orang-orang. Salah sendiri mencurahkan segenap perasaan tanpa pikir panjang hingga yang kini tersisa sekarang hanya hati yang kosong… dan retak.

Review

Cinta benar-benar tidak memandang rupanya dan bagaimana wujudnya, mungkin cinta bisa tumbuh bukan karena pandangan pertama saja, namun kali ini cinta datang dari indahnya sebuah suara yang ditimbulkan oleh sebuah tuts piano. Seperti halnya Anka yang menyukai Tuan Pianis, yang selama ini selalu hadir dalam setiap kekosongan hatinya. Namun Anka tidak tahu bagaimana rupa seorang Tuan Pianis, yang ia tahu Tuan Pianis adalah orang yang telah membuat senyum adiknya- Erika berkembang kembali setelah beberapa waktu senyum itu belum terlihat juga.

Dan yang Anka tahu bahwa Tuan Pianis adalah orang yang selalu memainkan pianonya dibelakang gedung music lama dan Anka selalu setia mendengarkan dari sudut perpustakaan yang tidak banyak dikunjungi orang.

Mereka sudah berjanji untuk merahasiakan identitasnya masing-masing dan tidak akan mencari tahu keberadaan masing-masing. Komunikasi dan perkenalan mereka berawal dari surat pertama yang Anka tulis untuk meminta izin pada Tuan Pianis bahwa ia merekam permainannya untuk dibawakan pada adiknya. Ternyata surat itu tidak berhenti begitu saja, surat itu terus berlanjut hingga ada perasaan senang dalam benak Anka dan menaruh hati pada Tuan Pianis.

“Tuan Pianis, kita nggak pernah saling bertemu. Kita bahkan nggak tahu identitas masing-masing. Semuanya masih tanda Tanya. Tapi… apakah aku boleh.. memiliki perasaan yang lain untukmu?” (hlm 105)

Sampai merekam sebuah permainan Tuan Pianis menjadi kebiasaan pada diri Anka. Berlanjut pada kehidupan Anka yang tidak berjalan dengan mudah, ia adalah seorang anak yatim piatu, didunia ini yang ia milliki hanyalah Erika, maka ia akan melakukan apapun untuk kesembuhan dan membangkitkan keceriaan Erika kembali.

Bukan hanya Erika dan Tuan Pianis yang hadir dalam kehidupan Anka..

Ada Wilona sahabat baik Erika, ia cantik dan sangat dikagumi oleh kaum pria. Tidak ada yang tidak mau padanya, mungkin Dirga salah satunya. Entah tapi Anka heran mengapa Wilona bisa begitu mengagumi Dirga, dari kasat mata Anka bahwa Dirga bukanlah orang baik, ia lebih terlihat seperti orang yang sering mengikuti tawuran, Anka tahu karena Dirga adalah teman satu kelas fakultasnya. Entah hanya sebuah rumor atau fakta. Dibalik itu semua Anka tidak menyangka bisa berteman dengan Wilona, orang yang bisa dibilang most wanted di fakultas nya itu.

“Aku cukup tahu bahwa seseorang yang sedang jatuh cinta selalu ingin seluruh opininya disetujui oleh dunia – terlebih jika opini itu menyangkut orang yang dia sukai” (hlm 23)

Jalan cerita yang dihadirkan cukup sederhana, tidak banyak konflik yang dihadirkan. Karena si Anka ini selalu mengulangi aktivitas nya secara rutin, dengan menjalani kehidupan seperti biasanya.
Sudut pandang yang dipakai adalah orang pertama pelaku utama, dengan menggunakan kata “aku” . Anka merupakan orang yang memiliki karakter dewasa, maklum karena ia dibesarkan oleh bibinya, orang tuanya sudah tidak ada. Itulah kenapa menjadikan ia tumbuh mandiri, harus berjuang untuk kuliah, Erika dan hidupnya. Untungnya Bibi Anka lah yang membuat author kagum, ko bisa punya bibi dan paman yang baik macam tuh.. yang mau merawat Anka dan Erika *ah namanya juga novel wkwk

Cerita ini cukup membuat kita bertanya-tanya siapa Tuan Pianis yang sebenarnya itu, dari awal penulis mengeksekusi cerita dan penokohan yang baik, hingga membuat author bisa mudah sekali mempercayai alur yang dibuat penulis untuk menghanyutkan perasaan pembaca.

Namun setelah dibaca terus-menerus, kita akan dihadirkan dengan sebuah titik dimana ada celah ataupun ruang untuk kita menerka siapa Tuan Pianis itu. Sebuah cerita berlapis sebuah karya, mengenalkan kita pada nocturne, oktaf dan segala hal yang berkaitan dengan Piano.

Kalo author sih, suka dengan sebuah cerita yang berlapis dengan karya, terutama music.. bahwa hidup ini bagaimana pun juga tidak pernah terpisahkan dengan music. Apapun genre nya itu adalah sebuah karya, dan sebagai apresiator pasti memiliki cara nya masing-masing untuk menghargai sebuah seni music. Termasuk Anka, ia lebih suka untuk merekamnya, bukan hanya ia senang dan menjadi koleksi pribadinya, namun ada diri orang yang ingin ia buat bahagia. Dan itulah caranya.
Dalam cerita The Man Who Plays Piano, kita banyak dihadapkan dengan berbagai hal. Perjuangan, kasih sayang, rumor, pengkhianatan dan kehidupan social lainnya.

Ada banyak alasan yang membuat kita bertanya-tanya mengenai cerita ini, hingga kamu bisa membacanya sampai dimana kamu merasa kesal dan berhasil tertipu, berhasil terluka oleh sesuatu yang belum kita genggam sama sekali.

Bisakah kamu merasa jatuh cinta, ketika kamu tak pernah melihatnya..

Terimakasih sudah membaca review sampai berada dititik akhir ini. Saran, kritik dari kalian sangat aku harapkan. Jangan lupa subscribe dan comment ya J